Iduladha Era Digital: Meneladani Pengorbanan, Ketaatan dan Persaudaraan Sejati

Iduladha Era Digital: Meneladani Pengorbanan, Ketaatan dan Persaudaraan Sejati

PALOPO, ACTANEWS.CO.ID – Iduladha bukan hanya ritual penyembelihan hewan, melainkan juga refleksi nilai-nilai luhur yang diwariskan para Nabi. Demikian Direktur Pascasarjana UIN Palopo, Prof Muhaemin, menjelaskan dalam khutbahnya di Masjid Alauddin kampus 1 jalan Agatis Kelurahan Balandai Kecamatan Bara, pada Jumat pagi (6/6/25).

Menurut Muhaemin masih di dalam khutbahnya, kurban merupakan simbol ketaatan mutlak kepada Allah swt, keikhlasan dalam pengorbanan, serta upaya nyata mewujudkan persaudaraan kemanusiaan.

Momen ini menghidupkan kembali kisah luar biasa dari Nabi Ibrahim as dan putranya Ismail as, yang menunjukkan kepasrahan total pada kehendak Ilahi. Mereka membuktikan bahwa ketaatan yang sejati bukanlah tunduk karena mengerti, melainkan tunduk karena percaya sepenuhnya pada kebijaksanaan Allah swt.

Hari Tasyrik: Perpanjangan Ibadah dan Kepekaan Sosial

Selama tiga hari setelah Iduladha (10–12 Zulhijah), umat Islam memasuki masa Hari Tasyrik. Hari-hari ini dilarang untuk berpuasa, namun justru sangat dianjurkan untuk memperbanyak takbir, zikir dan menyembelih kurban.

Rasulullah saw bersabda bahwa hari-hari Tasyrik adalah hari makan, minum dan berdzikir kepada Allah swt. Ini mengajarkan bahwa ibadah tidak hanya ritual pribadi, tetapi juga sosial dan kolektif.

Menghidupkan Nilai Kurban dalam Dunia Digital

Di era digital saat ini, semangat kurban tetap relevan dan dapat diaktualisasikan melalui berbagai cara. Ketaatan kepada Allah swt dapat diwujudkan dengan tetap menjaga ibadah meski sibuk dengan urusan dunia maya. Aplikasi pengingat salat, Alquran digital, hingga kajian daring menjadi alat bantu umat untuk tetap dekat kepada Allah swt.

Pengorbanan pun tak kalah penting untuk diamalkan. Di tengah godaan waktu layar yang tinggi, umat bisa menyisihkan waktunya untuk hal-hal bermanfaat, seperti belajar, berbagi ilmu, berdonasi secara digital dan menghindari konten negatif seperti gibah atau penyebaran hoaks. Bahkan, berbagi kuota atau akses teknologi kepada yang membutuhkan pun menjadi bentuk nyata pengorbanan.

Keikhlasan dalam Era Media Sosial

Muhaemin juga mengingatkan agar segala bentuk amal, khususnya di media sosial, dilakukan dengan niat yang tulus. Saat membagikan konten dakwah, ilmu, atau donasi, hendaknya tidak didorong oleh keinginan populer atau validasi sosial, melainkan karena Allah swt semata.

Orang yang tetap berkarya dan memberi manfaat tanpa banyak pujian, sejatinya telah meneladani keikhlasan para Nabi.

Menebar Kepedulian dan Silaturahmi Digital

Nilai kepedulian sosial yang tergambar dari pembagian daging kurban bisa diterjemahkan dalam bentuk modern, seperti donasi online, berbagi modul atau e-book pendidikan, hingga menjadi relawan digital untuk konten positif.

Iduladha juga menjadi momentum menyambung silaturahmi, terutama lewat media sosial. Ucapan Idul Adha hendaknya disertai doa dan empati, bukan sekadar basa-basi. Islam menekankan pentingnya silaturahmi sebagai jalan menuju surga dan keberkahan.

Persaudaraan Sejati: Warisan Besar dari Arafah

Di bagian akhir khutbahnya, Prof Muhaemin mengangkat kembali khutbah Rasulullah saw di Padang Arafah lebih dari 1400 tahun silam, yang menegaskan bahwa seluruh manusia berasal dari satu asal, yaitu Nabi Adam as yang diciptakan dari tanah.

Beliau menolak segala bentuk kelebihan berdasarkan ras, warna kulit, atau kebangsaan. Keutamaan hanya terletak pada ketakwaan.

“Persaudaraan yang diajarkan Nabi adalah persaudaraan sejati. Persaudaraan tanpa basa-basi. Persaudaraan yang penuh empati dan sepenuh hati.” kuncinya. (RA)

Leave a Reply

Cancel Reply

Your email address will not be published.

Ikuti kami

VOTE UNTUK KAMI

vote-image

Apakah anda menyukai actanews ???

99%
0%
0%

Kategori Teratas

Komentar Terbaru

  • user by Veldora Vell Tempest

    ss

    quoto

Harap Terima Untuk Performa Informasi Lebih Baik