Jejak Media Dalam Penyebaran Islam, Oleh: Muhammad Hunain

|

9 Views

ACTANEWS.CO.ID – OPINI, Media merupakan sarana utama dalam proses penyampaian pesan dari satu pihak ke pihak lain. Sejak zaman dahulu, media telah menjadi alat penting dalam membentuk opini, menyebarkan pengetahuan, dan memperluas pengaruh suatu ajaran. Dalam konteks sejarah Islam, media mewakili peran fundamental dalam memperluas dakwah dan memperkenalkan ilai-nilai Islam ke berbagai penjuru dunia. Seiring perkembangan zaman, bentuk media terus berevolusi, mulai dari komunikasi lisan hingga media digital yang serba cepat.

Pada masa awal Islam, media yang digunakan untuk menyebarkan ajaran adalah komunikasi lisan. Nabi Muhammad SAW sendiri menggunakan pendekatan dakwah langsung, yaitu berbicara secara tatap muka dengan masyarakat. Melalui khutbah, nasihat, dan dialog, Rasulullah menyampaikan wahyu Allah kepada umatnya. Bentuk komunikasi ini sangat efektif karena mampu menyentuh hati masyarakat Arab yang pada saat itu memiliki tradisi oral yang kuat.

Selain media lisan, penulisan wahyu Al-Qur’an menjadi tonggak penting dalam sejarah media Islam. Para sahabat menulis wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad di pelepah kurma, batu, kulit, dan tulang. Kegitatan ini menandai lahirnya media tulisan dalam dunia Islam. Setelah Nabi wafat, Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq berinisiatif untuk mengumpulkan dan membukukan Al-Qur’an agar tidak hilamg. Inisiatif ini menunjukkan betapa pentingnya media tulis dalan menjaga dan menyebarkan ajaran Islam.

Pada masa kekhalifaan Utsman bi Affan, proses standarisasi mushaf Al-Qur’an dilakukan. Salinan mushaf tersebut kemudian dikirim ke berbagai wilayah Islam seperti Kufah, Basraj, dan Syam. Tindakan ini mempercepat proses penyebaran Islam karena umat di berbagai wilayah dapat membaca dan mempelajari Al-Qur’an secara seragam. Dengan demikian, media tulisan menjadi alat dakwah yang kuat dalam menjaga keaslian pesan ilahi.

Masuknya teknologi percetakan ke dunia Islam juga membawa perubahan besar. Sekitar abad ke-15 hingga 16, setelah penemuan mesin cetak oleh Gutenberg, umat Islam mulai memanfaatkan percetakan menjadi sarana penting dalam pendidikan Islam. Buku-buku yang dicetak memungkinkan penyebaran ilmu pengetahuan Islam secara lebih luas dan cepat dibandingkan dengan penulisan manual.

Memasuki abad ke-19, perlembangan media cetak seperti surat kabar dan majalah Islam menjadi fenomena penting. Di mesir, muncul surat kabar Al-Ahram dan manjalah Al-Manar yang didirikan oleh tokoh pembaharu Islam seperti Muhammad Abduh dan Rashid Rida. Melalui media ini, mereka menyuarakan gagasan modernisasi Islam, menentang kolonialisme, serta mendorong semangat kebangkitan umat. Media cetak menjadi alat perjuangan intelektual dan politik umat Islam.

Di Indonesia, peran media juga sangat besar dalam penyebaran Islam. Pada masa penjajahan Belanda, ulama dan tokoh pergerakan seperti Haji Agus Salim dan KH Ahmad Dahlan memanfaatkan media tulis untuk berdakwah dan membangkitakan kesadaran umat. Majalah Suara Muhammadiyah dan Al-Munir menjadi contoh nyata bagaimana media digunakan untuk mengedukasi masyarakat tentang ajaran Islam dan nilai-nilai kemajuan.

Seiring perkembangan teknologi abad ke-20, radio dan televisi menjadi media baru yang dimanfaatkan dalam penyebaran Islam. Ceramah dan pengajian yang disiarkan lewat radio dapat menjangkau masyaraka luas, bahkan hingga pelosok desa. Televisi kemudian memperkuat fungsi dakwah dengan menghadirkan program keagamaan seperti ceramah, kajian tafsir, hingga acara Ramadhan. Media elektronik ini memperluas jangkauan dakwah tanpa batas geografis.

Memasuki era digital, internet dan media sosial mengubah wajah dakwah Islam secara drastis. Platform seperti YouTube, Instagram, TikTok, dan X (Twitter) menjadi ruang baru bagi dai dan cendikiawan Muslim untuk menyebarkan nilai-nilai Islam secara kreatif dan menarik. Konten dakwah kini hadir dalam bentuk video pendek, podcast, hingga infografik. Hal ini memungkinkan generasi muda untuk memahami Islam dengan cara yang lebih modern dan mudah diakses.

Namun, perkembangan media digital juga membawa tantangan. Informasi keagamaan yang tidak terverifikasi sering kali tersebar luas dan menimbulkan kesalahpahaman. Oleh karena itu, penting bagi umat Islam untuk memiliki literasi media, agar dapat memilah informasi yang benar dan menghindari hoaks yang merusak citra Islam. Para dai dan lembaga keagamaan perlu beradaptasi agar mampu memanfaatkan teknologi dengan bijak dan bertanggung jawab.

Secara keseluruhan, sejarah media menunjukkan bahwa setiap kemajuan teknologi komunikasi selalu memberi dampak signifikan terhadap penyebaran Islam. Dari lisan hingga digital, media telah menjadi jembatan utama antara pesan ilahi dan umat manusia. Tugas generasi Muslim saat ini adalah melanjutkan tradisi dakwah melalui media dengan cara yang sesuai zaman, namun tetap berpegang pada nilai-nilai kebenaran dan kedamaian yang diajarkan oleh Islam. (RA)

Gladys Nabila Avatar

Artikel Menarik Lainnya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *